![]() |
Sekolah Rakyat - sumber detikcom |
Kalau ingat masa lalu, khususnya yang
terkait Pendidikan di daerah perbatasan dan desa tertinggal. Inilah yang saya
tuliskan waktu itu. Cobalah lihat bagaimana kondisi pendidikan warga kita di
desa Tanjung Datu, Kal Barat; di desa Binter, Lumbis Ogong; di simantipal atau
Sinapad perbatasan Kalimantan Utara; bisa juga di desa Pegunugngan bintang,
atau di desa muting perbatasan Papua; atau di Naibenu; Noemuti; dan
Noemuti Timur di perbatasan Timor Leste; kondisinya sungguh jauh dari memadai.
Masalahnya itu umumnya, sarana berupa
ruang-rung Kelas yang tidak berfungsi, tidak ada kapur tulis, tidak ada buku
pelajaran. Ruang kelas yang kumuh dan tidak mempunyai MCK. Kondisi guru-gurunya
juga tidak lebih baik; secara fisik mereka tinggal di Kota Kabupaten atau
Kecamatan jauh dari lokasi tempat mereka mengajar. Akibatnya kehadiran mereka
hanya bisa mencapai 40% dalam setahun. Bisa dibayangkan dengan petugas-petugas
sekolah lainnya atau semacam pembantu dan sekaligus penjaga sekolah, lebih
parah lagi.
Hal yang juga tidak kalah
memperihatinkannya adalah kondisi ekonomi para orang tua siswa tersebut. Mereka
adalah masyarakat peramu, yang kalau di Kota bisa kita sebuat sebagai tenaga
serabutan, kaum pemulung. Penghasilan mereka sepenuhnya masih tergantung dengan
kemurahan alam, seperti berburu, mencari kulit kayu manis, cari damar dll yang
hanya bisa menopang kehidupan yang sangat-sangat sederhana. Kalau mereka sempat
sakit, maka tamatlah sudah. Kemana mau mintak pertolongan? Ke Puskesmas? Yang
ada hanya Plang namanya saja, ruangan tidak punya kalau beruntung warga masih
punya bidan atau perawat desa. Mereka senang sekali kalau bisa membantu, tetapi
karena mereka juga tidak punya apa-apa? Yang masih ada hanya sebatas pemberi
semangat, dan doa semoga lekas sembuh. Sementara di negara tetangga, Puskesmas
itu ada dan real fungsinya. Puskesmas mereka nyata ada baik secara fisik,
maunpun non fisik. Mereka punya petugas yang diberi gaji dan tunjanga-mereka
punya sarana peralatan kesehatan. Mereka punya sarana tempat menginap pasien
dll. Puskesmas mereka sangat dekat dengan warga.
Tapi kini secara perlahan ada harpan baru. Yakni dengan hadirnya Sekolah
Rakyat. Sekolah Rakyat adalah program pendidikan yang diinisiasi oleh
pemerintah Indonesia untuk memberikan akses pendidikan gratis bagi anak-anak
dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Sekolah Rakyat
didirikan sebagai upaya pemerintah dalam memutus rantai kemiskinan melalui
pendidikan. Program ini ditujukan untuk anak-anak yang berasal dari keluarga
yang termasuk dalam desil 1 dan 2 berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN),
yaitu kelompok dengan kondisi ekonomi paling rentan.
Program ini
bertujuan untuk memberikan akses pendidikan gratis dan berkualitas bagi
anak-anak dari keluarga miskin. Selain itu, Sekolah Rakyat menyediakan
lingkungan belajar yang kondusif dengan fasilitas yang memadai. Anak-anak yang
bersekolah di program ini juga mendapatkan keterampilan akademik dan non-akademik
guna meningkatkan peluang kerja di masa depan. Selain aspek akademik, program
ini juga menanamkan karakter kepemimpinan, nasionalisme, serta kemandirian bagi
para siswa.
Secara Bertahap
Harapan Itu Kian Nyata
Kini sudah ada 100
Sekolah Rakyat yang sudah beroperasi. Menurut Presiden, pencapaian 100 sekolah
rakyat tidak lepas dari kerja keras lintas kementerian, mulai dari Kementerian
Sosial, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, hingga dukungan tenaga
pengajar serta pengelola asrama.
Presiden Prabowo Subianto
menegaskan komitmen pemerintah dalam memperluas akses pendidikan bagi anak-anak
dari keluarga pra sejahtera. Hal ini ia sampaikan saat meninjau langsung
Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) Margaguna, Jakarta Selatan, pada Kamis
(11/9/2025).
“Hari ini saya meninjau
salah satu sekolah rakyat. Saat ini sudah ada 100 sekolah yang beroperasi. Saya
mendapat laporan, akhir September nanti jumlahnya akan bertambah menjadi 165
sekolah rakyat,” ungkap Presiden.
Presiden Prabowo Subianto
menegaskan bahwa kehadiran Sekolah Rakyat menjadi titik awal terwujudnya
harapan baru bagi anak-anak bangsa.
“Yang jelas kita sudah
mulai melihat titik-titik harapan. Kita sudah melihat cerahnya anak-anak yang
mungkin tadinya risau apa yang akan terjadi,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar