Oleh Harmen Batubara
Boleh dikatakan, hampir setiap Negara tidak akan tahan melihat Kedaulatan Negaranya dikangkangi. Seolah masalah perbatasan adalah persoalan identitas sebuah bangsa. Semua jadi kalap karenanya. Bentrokan tentara China dan India di daerah perbatasan Lembah Galwan, Ladakh, Himalaya, hingga menewaskan 20 tentara India. Bentrokan, Senin (15/6/2020) malam. “sesuai kesepakatan bersama” mereka berperang dengan bersenjatakan batu dan tongkat. Kedua pihak saling menyalahkan atas insiden itu dan saling klaim sebagai pemilik Lembah Galwan yang sah. India menuding China memicu perselisihan karena membangun infrastruktur di wilayah sengketa. Sebaliknya, China tidak merasa salah karena berkeyakinan Lembah Galwan masuk wilayah China.
Konflik Perbatasan Yang Akut. Kedua Negara tidak mempunyai kesepakatan terkait perbatasan. Mereka saling tidak mengakui hak Negara tetangganya. Ketika India di jajah oleh Inggeris, pernah melakukan kesepakatan batas dengan Tibet yang dikenal dengan Mc Mahon Line. Tetapi garis batas itu tidak diakui oleh China, karena menurut mereka Tibet sebagai bagian dari China tidak punya hal untuk itu. Garis McMahon adalah garis perbatasan antara India Timur Laut dan Tibet yang diusulkan oleh administrator kolonial Britania Henry McMahon (India adalah Negara jajahan Inggeris) dalam Konvensi Simla 1914. Garis ini merupakan perbatasan efektif antara Tiongkok dan India. Garis ini dinamakan sesuai nama Henry McMahon, menteri luar negeri India Britania dan juru runding utama konvensi di Simla. Konvensi tersebut ditandatangani oleh McMahon dan Lonchen Satra atas nama Pemerintah Tibet. Garis ini membentang sepanjang 550 mil (890 km) dari Bhutan di barat hingga 160 mil (260 km) di timur dari tikungan besar Sungai Brahmaputra di sebelah timur, sebagian besar di sepanjang puncak Pegunungan Himalaya. Konvensi ini tidak diakui oleh China.
Baca Juga : ndonesia – Malaysia Sepakat Garis Batas OBP Simantipal dan C500-C600
Peristiwa seperti ini pernah juga terjadi pada Desember 2009. Otoritas di Kashmir India menghentikan proyek pembuatan jalan di pegunungan dekat perbatasan dengan China, setelah Angkatan Darat China menyampaikan keberatan atas proyek tersebut. Ketegangan di antara kedua negara meningkat dalam beberapa bulan belakangan, menyusul laporan di beberapa media India mengenai penyusupan oleh tentara-tentara China.Proyek jalan sepanjang 8 kilometer itu dibangun di kawasan terpencil, Demchok, di wilayah Ladakh, yang mayoritas warganya adalah pemeluk Buddha, dekat dengan Garis Kontrol Nyata (LAC) India-China, yang memisahkan wilayah Kashmir India dan wilayah China.
”Pekerjaan konstruksi jalan telah dihentikan oleh Angkatan Darat China, yang mengatakan bahwa wilayah itu milik mereka dan jalan tidak akan dibangun. Jalan itu sebenarnya berada di wilayah India,” kata Tsering Dorjay, Kepala Konselor untuk Dewan Pembangunan Wilayah Otonomi Bukit Ladakh. Seorang pejabat Pemerintah India dari Leh, ibu kota Ladakh, mengungkapkan, jalan itu dibangun untuk warga setempat menyusul tuntutan terus-menerus yang disampaikan warga. Akan tetapi, pekerjaan itu dihentikan tiga bulan lalu.
”Kami sudah membangun jalan sepanjang 4 kilometer, ketika China datang dan meminta pekerjaan dihentikan. Kami sudah memberitahukan Pemerintah India mengenai hal ini,” jelas Ketua Menteri Negara Bagian Omar Abdullah. Menteri Pembangunan Pedesaan Jammu Kashmir Ali Mohammad Sagar mengatakan, mereka menunggu karena ini masalah sensitif. ”Mereka tidak ingin menciptakan masalah bagi pemerintah negara bagian ataupun pemerintah pusat. Jadi, mereka harus menunggu hingga ada perintah selanjutnya,” ujarnya, Selasa (1/12).
Badan intelijen India, RAW, telah melaporkan kepada pemerintah bahwa China secara simultan membangun dan memperbaiki 27 landasan pacu pesawat di Tibet. Menurut badan intelijen itu, landasan pacu itu akan digunakan hanya jika terjadi konflik dengan India karena hanya India musuh potensial China. ”Banyak dari 27 landasan militer itu baru dibangun, sedangkan lainnya diperluas. Ini memperlihatkan meningkatnya aktivitas China di wilayah perbatasan itu,” kata seorang pejabat senior India seperti dilansir Times of India. China juga dilaporkan menempatkan peluru kendali (rudal) jarak menengah DF-4 di wilayah Delingha, yang bisa menjangkau target hingga 3.000 kilometer. China juga membangun beberapa landasan peluncuran rudal dengan hulu ledak nuklir di wilayah yang sama.
Di sisi lain, China juga memprotes peningkatan landasan pacu pesawat di timur Ladakh dan Arunachal Pradesh pada Oktober lalu. Wakil Kepala Angkatan Udara China Marsekal PK Barbora menjawab keberatan China itu dengan mengatakan, China tidak punya kepentingan untuk membicarakan hal itu karena India juga tidak keberatan dengan pembangunan militer China yang besar-besaran di Tibet. Menurut pakar-pakar militer India, basis-basis angkatan udara itu memberikan China keunggulan manakala terjadi perang dengan India. Mereka bisa melakukan operasi tempur berkelanjutan dengan operasi pesawat-pesawat tempurnya, yang menjangkau wilayah utara India dan menyerang kota-kota besar. Wilayah Kashmir, yang berpopulasi sekitar 11 juta jiwa, saat ini dikuasai tiga negara. India menguasai 45 persen, Pakistan 35 persen, dan China menguasai sisanya.
Yang membuat perbatasan kedua Negara ini jadi lebih rumit, karena kedua Negara memanfaatkan pengaruhnya pada Negara-negara yang juga berbatasan dengan India dan China. Buthon memihak India, Pakistan memilih China dan Tibet menjadi bagian dari China.
Pemicu Terjadinya Perang Perbatasan.
Ada beberapa alasan. Namun, tujuan strategis yang SALING BERSAING untuk memperoleh keunggulan strategis merupakan akar konflik itu, dan kedua belah pihak saling menyalahkan. Jauh dari pendekatan kompromi. Sungai Galwan yang secara tradisional selama ini damai kini menjadi wilayah konflik. China melihat, di daearh itu, daerah yang paling dekat dengan LAC[1] atau Garis Kontrol Aktual India membangun jalan baru dari Leh ke Murgo, sepanjang Sungai Shyok menuju Daulet Beg Oldi (DBO), daerah terpencil sepanjang LAC di Ladakh. Tindakan India untuk meningkatkan infrastruktur di perbatasan tampaknya membuat marah China.
Menurut China Wilayah Lembah Galwan adalah wilayah China, dan secara fisik mereka ada di wilayah itu dan mengontrol perbatasannya. “Menurut militer China, India mengubah status quo di sepanjang LAC dengan membangun jalan, yang membuat marah China,” jelas Dr Long Xingchun, presiden Chengdu Institute of World Affairs (CIWA), kepada BBC. Jalan Baru itu bisa meningkatkan kemampuan India untuk memindahkan pasukan dan materialnya dengan cepat jika terjadi konflik. Gesekan itu juga dipicu oleh India yang secara kontroversial memutuskan untuk mengakhiri otonomi terbatas Jammu dan Kashmir pada Agustus tahun lalu, dan sekaligus India juga membuat ulang peta wilayah itu. Ladakh, dikelola pemerintah federal yang baru, mencakup daerah Aksai Chin, wilayah yang diklaim India tetapi dikendalikan dan diduki oleh China.
Baca Juga : Perbatasan Darat RI – Timor Leste Disepakati
Pemerintah India juga telah berbicara tentang rencana mereka merebut kembali Kashmir yang dikelola Pakistan. Jalan raya Karakoram yang strategis melewati area ini, menghubungkan China dengan sekutunya Pakistan. China telah menginvestasikan sekitar US$60 miliar dalam infrastruktur Pakistan, yang disebut Koridor Ekonomi China Pakistan, atau China Pakistan Economic Corridor (CPEC). Proyek itu merupakan bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (OBR). Jalan raya tersebut merupakan kunci untuk mengangkut barang ke dan dari pelabuhan Gwadar di Pakistan selatan. Pelabuhan itu memberi China pijakan di Laut Arab. Selain itu, China tidak senang ketika India pada awalnya melarang semua ekspor peralatan medis dan pelindung segera setelah pandemi virus corona dimulai awal tahun ini.
Dari sisi India, mereka juga melihat China terus membangun infrastrukturnya di sekitar perbatasan. China membangun jalan yang langsung menghubungkan provinsi Xinjiang dengan bagian barat Tibet di wilayah Doklam yang menurut China merupakan bagian dari wilayahnya, bukan milik Bhutan apalagi India. Mereka berpendapat tak ada pelanggaran yang dilakukan.“Itu adalah fakta yang tak terbantahkan yang didukung oleh bukti historis dan yurisprudensi,” kata juru bicara kementerian luar negeri China Lu Kang. Bhutan sendiri berharap China mematuhi kesepakatan bersama dan tetap mempertahankan status quo di wilayah tersebut.
Wilayah yang menjadi pemicu sengketa itu berada di persimpangan antara India, China, dan Bhutan[2]. Wilayah itu sesungguhnya menjadi sengketa antara China dan Bhutan. India hadir di sana atas permintaan Bhutan untuk menghadapi China. Sudah lebih dari 30 tahun sengketa itu berlangsung, tapi hingga saat ini belum ditemukan jalan keluar yang tepat untuk semua pihak. Bagi India, meski dataran tinggi itu bukan wilayahnya, tapi jelas jalan tersebut akan sangat merugikan strategi pertahanannya, karena jalan itu berada di dataran tinggi Doklam itu sangat menguntungkan bagi mobiliasi pasukan China, terlebih lagi jalan raya itu menghubungkan provinsi Xinjiang dengan bagian barat Tibet. Pembangunan jalan raya di dataran tinggi itu akan memberi akses bagi China untuk bisa menuju daerah yang sering disebut “chicken’s neck”, yakni sebuah wilayah di timur laut. Wilayah itu dapat menjadi salah satu pintu masuk menuju teritori India yang sekaligus bisa menjangkau beberapa negara bagian di India.
Kedua Negara sebenarnya mempunyai trauma tentang sengketa perbatasan mereka pada tahun 1962. Kedua negara itu terlibat dalam perang hebat terkait perbatasan yang dikenal dengan Sino–Indian War tahun 1962. Pada perang tersebut, pasukan China masuk menyerang melalui dua jalur perbatasan yang berbeda yakni melalui Ladakh dekat Kashmir dan McMohan Line yang berada di Arunachal Pradesh yang hingga kini masih disengketakan oleh kedua negara. Perang tersebut menewaskan 1.383 tentara India dan 722 tentara China. Jumlah yang terluka mencapai 1.047 dari pihak India dan 1.697 dari pihak China. Korban kebanyakan berjatuhan karena kondisi ekstrem karena berada di ketinggian ribuan kaki dan tak mendapat perawatan medis. Perang ini menjadi catatan kelabu bagi hubungan diplomatik antara kedua negara.
Militer India dan China juga pernah bertempur di Nathu La sebuah jalur perdagangan kuno melalui Himalaya yang merupakan bagian dari Jalur Sutra. Wilayah itu terpaksa ditutup dan dibuka kembali pada 2006. Setelah Insiden Nathu La, China dan India juga terlibat dalam pertempuran di Cho La. Wilayah yang tak jauh dari Nathu La.
Ketegangan juga mewarnai perbatasan China dan India di Arunachal Pradesh. Kehadiran dan provokasi China di wilayah tersebut, membuat India mengirim tentara ke wilayah itu. Kini India memasukkan Arunachal Pradesh sebagai salah satu negara bagian dan masuk dalam teritorinya bahkan pada bulan Mei lalu meresmikan jembatan sepanjang 9 kilometer yang menghubungkan Arunachal Pradesh dengan utara Assam.
Dipercaya masalah perbatasan antara India dan China dipercaya masih akan berlangsung lama. Terlebih lagi kalau kita melihat cara-cara penyelesaian pertiakain perbatasan antara kedua Negara itu dengan Negara-negara yang berbatasan dengan mereka. Misalnya China, mereka mempunyai masalah perbatasan dengan beberapa Negara seperti Jepang, dengan Korea Selatan, bahkan dengan beberapa Negara Asean di Laut China Selatan dan belum ada yang bisa terselesaikan dengan baik. Begitu juga dengan India, mereka bersengketa dengan hampir semua Negara yang berbatasan dengan negaranya dan juga tidak mampu menyelesaikannya dengan baik.
[1] https://www.matamatapolitik.com/sebab-detail-kenapa-konflik-memanas-di-perbatasan-china-india-analisis/
[2] https://tirto.id/perselisihan-antara-cina-dan-india-yang-tak-kunjung-usai-ct8E