Travel Ke Perbatasan, Budaya, Musik dan Kuliner

Oleh harmen batubara

Pariwisata Indonesia Incorporated dengan tag line Pesona Indonesia.  “Arah kerjanya jelas yakni “melayani” pariwisata. Ini sudah menjadi backbone perekonomian Indonesia. Hal itu diungkap oleh Wihana Kirana Jaya, Staf Khusus Bidang Ekonomi dan Investasi Transporasi Kementerian Perhubungan, dalam sambutannya pada Rakor I Pariwisata 2017, di Hotel Borobudur, Jakarta Kamis, 29 Maret 2017.

PLBN & Sarana Prasarana Ekspor Impor Intenasional
Travel Ke Perbatasan-PLBN & Sarana Prasarana Ekspor Impor Intenasional

Kalau di pariwisata ada Indonesia Incorporated, di Kemenhub ada Manajemen Pengelolaan Incorporated. Tidak heran bila Kemenhub terus melakukan percepatan kerangka peraturan konektivitas pendukung pariwisata melalui pilot project serta melibatkan BUMN dan BUMD, swasta, dalam Investasi,”. Golnya, mengarah ke World Class Standart dan memaksimalkan economic value. “Kalau mau menarik wisman ya standarnya harus kelas dunia. Terminalnya, toilet, landasan pacu, bandara, karantina, imigrasi, jam layanan, kemudahan akses, semua harus kelas dunia,” Itu standarnya.

Kemenhub sudah melakukan  berbagai action nyata,  lihatlah KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) Danau Toba. Di sana Kemenhub sudah membangun jalur Kereta Api Rantau Prapat – Pinang, sepanjang 12 kilometer dan 8 jembatan. KSPN Kepulauan Seribu Jakarta, di sana sudah hadir pelayanan angkutan laut perintis, Ada juga Trayek Sunda Kelapa – Kepulauan Seribu.Begitu juga dengan KSPN Tanjung Kelayang Belitung mulai dari pembangunan terminal, pemenuhan standar runway strip dan peralatan keamanan penerbangan di Bandara Hanandjoeddin,

Di KSPN Wakatobi Sulawesi Tenggara, ada peningkatan dan pengembangan kapasitas Bandara, Di antaranya Bandara Matahora di Wangi-wangi, dan juga kapasitas Bandara Halu Oleo yang sebelumnya bernama Bandar Udara Wolter Monginsidi di Kendari. Selain itu, ada juga pengembangan kapasitas Bandara Beto Ambari di Kota Baubau.

Di KSPN Borobudur Joglosemar, ada program pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan, ruas Jalan Kaperekan-Borobudur. Mengaktifkan kembali  jalur KA Yogya – Magelang, lalu pengerukan alur masuk Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.  KSPN Bromo Tengger Semeru Jawa Timur, ini sedang ada program Penyusunan Studi Kelayakan Bandar Udara Purbaya (Malang Selatan). KSPN Labuan Bajo Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Direncanakan untuk peningkatan dan pengembangan kapasitas Bandara Komodo. KSPN Morotai, pengembangan kapasitas bandara Kuabang Kao, di Desa Jati, Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.

KSPN Tanjung Lesung, Banten, sedang Analisa Dampak Lingkungan (Amdal), Pembangunan Jalur Kereta Api, Rangkas Bitung – Saketi – Labuan. Dan, KSPN Mandalika, Lombok International Airport, NTB. “Sekali lagi, mindsetnya adalah melayani pariwisata. Kalau ini disupport dan sinergi dengan berbagai Kementerian/Lembaga lainnya tentu hasilnya akan luar biasa.

Bagaimana dengan wisman? Soal ini, Kementerian Perhubungan juga sudah berbagai hal. Di antaranya, lewat 27 bandara yang sudah dibuka dan beroperasi untuk internasional airport. Di Aceh, ada Sultan iskandar muda Banda Aceh, Maimun Saleh Sabang. Tetangganya Kualanamu Deli Serdang, juga sudah on. Begitu juga dengan Minangkabau, Padang, Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Hang Nadim, Batam, RH Fisabilillah, Tanjung Pinang, SM Badarudin II, Palembang, Husein Sastranegara, Bandung, Soekarno-Hatta, Tangerang, Halim Perdanakusumah, Jakarta, Adi Sumarmo, Solo, Ahmad Yani, Semarang, Adi Sutjipto, Yogyakarta, Juanda, Surabaya, Supadio, Pontianak, Sepinggan, Balikpapan, Juwata, Tarakan, Sam Ratulangi, Manado, Sultan Hasanudin, Makassar, Pattimura, Ambon, Frans Kaisiepo, Biak, Sentani, Jayapura, Mopah, Merauke.

Yang kelasnya lebih tinggi lagi, ada Bandara International untuk ASEAN Open Sky. Kualanamu, Medan; Soekarno Hatta, Jakarta, Juanda Surabaya, Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Hasannudin Makassar, semua bandara tersebut sudah memakai layanan dengan standar kelas dunia.  Terlihat dengan jelas, maskapai-maskapai penerbangan nasional ikut dirangkul untuk rute penerbangan international. Saat ini, sudah ada 25 rute penerbangan Internasional yang menghubungkan 26 kota dari 12 negara. Itu belum termasuk 43 perusahaan penerbangan asing yang melakukan 97 rute penerbangan Internasional, dan menghubungkan 46 kota dari 22 negara. Mudah-mudahan upaya ini bisa memperkuat pariwisata Indonesia.

Bagaimana Memulainya Untuk Perbatasan?

Dalam Forum Bisnis dan Investasi di Daerah Perbatasan di Jakarta, Kamis (1/12/2016), Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan bahwa homestay, desa wisata dan program cross border tourism diyakini menjadi kombinasi memikat untuk memajukan wilayah perbatasan. Soalnya, biaya pengembangannya pun dipercaya tidak terlalu mahal, dengan pola Low Cost Tourism (LCT). “Ciptakan attraction, access, dan accommodation yang terjangkau dengan memanfaatkan kelebihan kapasitas yang ada.  Idenya adalah bangun sebanyak mungkin homestay di desa-desa wisata seluruh pelosok Tanah Air. Cost-nya pasti murah dan terjangkau karena harga penyewaan homestay sangat terjangkau dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri oleh masyarakat,” ujarnya.

Membangun homestay di berbagai pelosok neger ini dianggap lebih murah daripada harus membangun banyak hotel. Dan nantinya, homestay tersebut bisa dimiliki masyarakat di sekitar destinasi wisata. “Membangun 100 homestay relatif lebih mudah dibandingkan membangun satu hotel 100 kamar,” ucap Arief. Ia menjelaskan bahwa misalnya diperlukan lahan sekitar 1 hektar dan sekitar 30 persen dari lahan tersebut disisihkan untuk fasilitas umum. Maka masih ada 7.000 m2 yang bisa dikapling-kapling untuk dijadikan 100 homestay type LT/LB berukuran 70/36 m2. Kehadiran homestay-homestay tadi nantinya juga bisa ‘dikawinkan’ dengan Desa Wisata. Program Desa Wisata juga berkesinambungan dengan rencana membangun 100.000 homestay yang bakal dimulai 2017 nanti.

“Saat Desa Wisata itu sudah siap jual, akan langsung dipromosikan. Lalu selling platform-nya juga dimasukkan dalam Digital Market Place. Fungsinya bisa ganda. Bisa sebagai amenitas dengan homestay, akomodasi di rumah penduduk yang sudah sadar wisata. Juga bisa sebagai atraksi,” paparnya. Di Desa Wisata, masyarakat juga bisa tetap melakukan aktivitas menanam padi, palawija, hortikultura dan mengurus ternak. Servis dan prosesnya menjadi bagian atraksi wisata. “Suasana desa wisata yang ramah, gotong royong, penuh dengan rasa kekeluargaan, kaya budaya itu yang dijual sebagai atraksi di destinasi desa wisata,” katanya.

Kalangan perbatasan sudah memulainya, meski masih ada banyak daerah perbatasan yang memang belum mampu untuk ambil bagian. Salah satu upaya yang dilakukan misalnya pola FGD di Pontianak, Kalbar. Kemenpar membuat Focus Group Discussion (FGD) untuk Penyusunan Strategi Pemasaran Cross Border di Pontianak, 19-21 April 2017. FD ini diikuti oleh lima unsur utama penopang Pariwisata di wilayah tersebut. Dari kalangan akademisi ada Rektor Universitas Tanjung Pura,  kalangan Business diwakili maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Group, Citilink, Kalstar. Ada juga Asosiasi HPI, INCCA, ASITA dan PHRI. Komunitasnya melibatkan blogger dan pemerhati pariwisata Kepulauan Riau. Government-nya diwakili Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat  dan dari kalangan media nasional.

Strategi menggaet wisatawan dari wilayah perbatasan dengan pola crossborder dan Home Stay menurut Menpar Arief Yahya  telah terbukti mampu menggaet  3,6% kunjungan wisman di wilayah perbatasan. Tentu upaya ini sudah pada trek yang benar. Jadi polanya adalah agar crossborder area ini semakin hidup dan menjadi destinasi yang ramai dikunjungi wisatawan mancanegara (wisman). “Silakan belajar dari negara-negara di Eropa yang sudah menikmati program  crossborder ini. Prancis dan Spanyol adalah dua negara yang piawai dalam mengelola crossborder tourism sebagai sebagai pendulang devisa. Malaysia juga, yakni memanfaatkan market travellers Singapore,” ujarnya.

Kalimantan Barat sendiri sudah mempunyai enam crossborder area. Mulai Sambas (Paloh dan Sajingan Barat), Bengkayang (Siding dan Jagoi Babang), Sintang (Ketunggu Hulu dan Ketunggu Tengah), Kapuas Hulu (Puring Kencana dan Dabau), dan Sanggau (Entikong dan Sekayam). Modal ini, kalau dikelola dengan baik diyakini bisa mendongkrak angka kunjungan wisman melalui wilayah perbatasan.Beberapa tahun yang lalu, sebenarnya sudah ada juga program sejenis, misalnya seperti beberapa program yang dilakukan di Batam waktu itu, yakni menggelar atraksi dan daya tarik wisata di wilayah perbatasan dengan konser musik. Yakni Bintan Jazz Festival 2014 pada 21 Juni 2014 yang  mampu menarik wisatawan dari Singapura dan Malaysia. Hanya saja, jadwalnya yang tidak berkesinambungan.

Tahun 2017, crossborder area sudah menjadi target perolehan wisman. Karena itu, berbagai event digelar untuk menghidupkan wilayah perbatasan dengan berbagai festival. Kemenpar sangat mendukung penyelenggaraan Parade Seni dan Tradisi untuk memeriahkan perayaan Hari Jadi Kota Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar) ke-401 pada tanggal 2-8 April yang lalu.Penyelenggaraan parade seni dan tradisi yang bertajuk “Sanggau Forward and Beyond” ini lebih ditujukan untuk mempromosikan Pesona Indonesia untuk menarik wisman dan wisnus. Ini salah satu agenda untuk perbatasan Indonesia-Malaysia.

Bupati Sanggau Paolus Hadi mengatakan, atraksi wisata berupa pentas musik dangdut, dengan menampilkan artis penyanyi dan artis sinetron yang digemari masyarakat dari kedua wilayah perbatasan, sangat efektif untuk menarik minat wisman dari Malaysia. Menurutnya “masyarakat perbatasan haus hiburan. Mereka selalu menonton ACARA TV (sinetron dan dangdut). Pada kesempatan seperti ini kita tampilkan artis nasional Siti Badriah, pasti akan sangat menarik” Event serupa bertajuk Festival Wonderful Indonesia yang digelar di wilayah Aruk, Kabupaten Sambas, Kalbar sebagai pintu perbatasan dengan Kuching negara tetangga Malaysia pada Februari tahun lalu berhasil menarik sebanyak 4.705 wisman Malaysia. Perbatasan memang bisa dibuat menarik, utamanya perpaduan acara budaya, musik dan kuliner yang semua itu sangat besar potensinya di Indonesia.