Jalan Trans Papua JayaPura Wamena dan PLBN Skow

Jalan Trans Papua JayaPura Wamena dan PLBN Skow

Wilayah tengah Papua (Wamena) selama ini merupakan daerah yang sangat sulit dijangkau, hal ini disebabkan hanya memiliki ketergantungan transportasi dari dan ke Wamena melalui udara. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut pemerintah pada masa itu berusaha membangun jalur transportasi darat yakni jalan tembus  Jayapura–Wamena sejak tahun 1985 dan telah diresmikan penggunaannya pada 20 Januari 1998 sebagai jalan negara.  Jalan tersebut pun  diuji coba oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Papua pada waktu itu. Hasilnya, kondisinya dinilai belum layak dan aman untuk lalu lintas umum. Hal itu disebabkan, di sejumlah titik masih berkemiringan curam, bertikungan tajam, dan rawan longsor. Upaya memperbaiki kondisi tersebut terbentur krisis moneter yang melanda negara kala itu.

Dalam perjalanannya, jalan yang sudah dibuka itu pun akhirnya terbengkalai dan tak sempat dinikmati masyarakat. Seiring waktu, ada ruas yang tertimbun longsor, ada pula ruas yang hilang sama sekali akibat tergerus air. Hingga kemudian upaya untuk membangun kembali jalan itu dihidupkan lagi oleh pemerintah pada 2014. Tetapi entah karena apa, semangat membangunnya terkesan malah hanya untuk mengambil uangnya saja, sementara jalannya sendiri tidak pernah berubah dan juga tidak membawa manfaat bagi warga.

Jalan Trans-Papua ruas Jayapura-Wamena berjarak 585 kilometer. Ruas ini sangat strategis karena menghubungkan wilayah pesisir dengan pegunungan di Papua. Ruas tersebut melewati sejumlah daerah, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, Yalimo, dan Jayawijaya. Wamena adalah ibu kota Jayawijaya di kawasan Pegunungan Tengah. Jadi kalau banyak orang menyebut bahwa Trans Papua itu sudah lama di bangun memang benar adanya. Tetapi tidak kunjung selesai-selesai, seperti berbagai proyek pada era itu lebih banyak yang mangkrak. Kemudian barulah pada pemerintahan Jokowi-JK polanya berbeda. Jokowi-Jk kalau membangun dilakukan secara tuntas dan dapat berpungsi dengan baik.

Harapan warga Untuk Trans Jayapura-Wamena

Sebagai pusat ekonomi di daerah Pegunungan Tengah, kini masyarakat Wamena terhubung dengan ruas utama jalan Trans Papua seperti Jayapura-Elelim-Wamena sejauh 590 km, Wamena-Mulia-Ilaga-Enarotali sejauh 466 km, dan juga Wamena-Habema-Kenyam-Mumugu sejauh 295 km. yang sedang dalam progres pembangunan. Meski kondisi jalan belum selesai atau layak 100[1] persen, banyak warga yang telah menggunakan jalan ini sejak bulan juli lalu. Mereka membawa aneka barang kebutuhan seperti beras, minyak goreng, dan semen. Hal ini untuk menekan tingginya harga barang di kawasan Pegunungan Tengah Papua atau Wamena. Selama ini, biaya pengangkutan barang ke wilayah itu mencapai sekitar Rp 15.000 per kilogram karena harus diangkut dengan pesawat kargo dari Jayapura dan Mimika. Wamena menjadi pusat transit dan redistribusi barang ke berbagai daerah lain di Pegunungan Tengah, seperti Lanny Jaya, Yahukimo, Puncak, Puncak Jaya, Mamberamo Tengah, Tolikara, dan Yalimo.

Bupati Yalimo Lakius Peyon mengatakan, warga mulai merasakan dampak menurunnya harga barang hingga 50 persen walaupun jalan tersebut belum resmi dibuka. Misalnya, harga semen yang didatangkan dari Wamena biasanya Rp 600.000 per zak. Kini, harga semen yang didatangkan dari Jayapura melalui jalan Trans-Papua dijual “hanya” Rp 300.000 per zak.

Baca Juga : NawaCita Mewujudkan Kemakmuran di Perbatasan

Setelah jalan rampung sepenuhnya dan dioperasikan, warga berharap pemerintah menyediakan angkutan umum yang melayani trayek Jayapura-Yalimo secara rutin. “Dengan begitu, warga tak perlu mengeluarkan biaya pesawat hingga jutaan rupiah untuk menempuh perjalanan dari kampung ke kota,” ujarnya. Hal senada dituturkan Tabitha Enembe, warga Distrik Airu, Kabupaten Jayapura. Mereka juga sangat membutuhkan transportasi darat untuk mengakses layanan pendidikan dan kesehatan di daerah perkotaan. Warga antusias menggunakan ruas Jayapura-Wamena karena berdampak sangat besar dalam membuka isolasi kawasan dan menekan disparitas harga barang. Saat ini, sekitar 30 kendaraan seperti truk melintasi jalan itu setiap hari.

Selesai pada Tahun 2018

Pengerjaan proyek pembangunan jalan trans-Papua ruas Jayapura-Wamena dipastikan rampung pada Desember 2018, dengan kondisi jalan padat tahan cuaca. Panal Banjarnahor, Direktur PT Paesa Pasindo Engineering selaku kontraktor mengatakan pengerjaan jalan sepanjang 585 kilometer itu dipastikan selesai tepat waktu, karena alat berat sudah dikerahkan untuk mendukung pengerjaannya. Panal menyebutkan perusahaannya hanya mengerjakan sepanjang 12,5 kilometer yang sebagian besar berupa pengerjaan badan jalan. Beberapa titik infrastruktur trans-Papua ini menggunakan jalan baru, karena sejumlah faktor menyebabkan jalan lama tak lagi dapat dilintasi.

Ada beberapa lokasi yang terpaksa harus dipindahkan guna memudahkan para pengendara saat melintasi ruas jalan tersebut. Lokasi tersulit berada di segmen 1B menuju jembatan Kali Kill atau Kali Edan yang memiliki tingkat kecuraman mencapai sekitar 70 derajat. Namun, secara keseluruhan tidak ada kendala dalam proses pengerjaan, kecuali masalah cuaca dan maraknya masyarakat yang melintas. “Aktivitas masyarakat yang melintas cukup mengganggu pengerjaan jalan, seperti mobilnya tertanam atau lainnya,” kata Banjarnahor seperti dikutip Antara, Senin (17/9/2018).

Sebagai informasi, jalan trans-Papua rute Jayapura menuju Wamena menghubungkan lima kabupaten dan kota yakni Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Yalimo dan Kabupaten Jayawijaya.  Dari Wamena nantinya dapat terhubung ke kawasan pengunungan tengah termasuk Dekai di Kabupaten Yahukimo dan Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang yang nantinya terhubung dengan Kabupaten Boven Digul.

Pos Batas Indonesia di Skow Sungguh Mempesona

Di ujung timur Jayapura , Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Skouw di Distrik Muara Tami telah berdiri megah. PLBN Skouw adalah salah satu beranda Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. PLBN Skouw berdiri saling menghadap dengan pos perbatasan milik Papua Nugini. Lantas, lebih bagus mana pos perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini? Menurut Detik.com 28 September 2018, begini perbandingannya.

Travel Ke Perbatasan Wisata Ke Ujung Negeri
Travel Ke Perbatasan Wisata Ke Ujung Negeri

Keduanya dipisahkan oleh gerbang masing-masing perbatasan dan area netral yang ada di antara gerbangnya. Orang-orang banyak lalu-lintas di titik perbatasan ini.  PLBN Skouw nampak megah menjulang. Desain Gedung PLBN Skouw ini mengusung budaya lokal Papua dengan mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Tangfa, penggunaan ornamen lokal, serta penerapan prinsip-prinsip bangunan hijau, atau green building bahasa bekennya.

Bila datang dari arah Papua Nugini, pertama-tama pengunjung akan melihat gerbang perbatasan Indonesia yang berdiri tinggi yang dilengkapi dengan dua pagar besar. Selai tinggi, warna gerbang juga cukup mencolok. Warnanya merah-putih, menyerupai warna bendera Indonesia. Di bagian tengah, ada logo Garuda yang cukup besar. Sementara di kanan dan kiri gerbang dihiasi bendera kebanggaan Ibu Pertiwi.

PLBN Skouw berdiri di atas lahan dengan luas total mencapai 10,7 hektar, luas bangunan secara keseluruhan mencapai 7.619 meter persegi yang terbagi dalam beberapa zona. Ketika melewati gerbang, saat menengok ke kanan, ada mercusuar yang menjulang tinggi. Lengkap dengan bendera Indonesia berukuran raksasa. Dari atas mercusuar, akan nampak indahnya pemandangan tanah perbatasan Papua.

Kemudian menengok ke kiri, ada pos yang biasa digunakan untuk melakukan pemeriksaan atau angkutan barang bagi warga papua yang menunggu barang belanjaan dari negeri sebelah. Biasanya, pos itu banyak dipenuhi dengan mama-mama yang menunggu buah pinang dari Papua Nugini. Melangkah lebih jauh, pendatang akan sampai di titik utama PLBN Skouw. Bangunannya sangat ikonik, lengkap dengan tulisan ‘SKOUW Border Post Of The Republic Indonesia’ dan warna khas bendera Indonesia.

Baca Pula : Membangun Kota-kota Sejahtera di Perbatasan

Pelintas akan diperiksa oleh petugas Imigrasi di sana. Tersedia jalur pedesterian yang belum sepenuhnya jadi. Jalur pedestrian ini terhubung ke gedung utama. Gedung utama terdiri dari dua bagian, yakni untuk kedatangan dan keberangkatan. Dalam gedung itu terdapat layanan keimigrasian dan bea cukai. Sampai di ujung PLBN, layanan perbankan dari PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk berdiri menyendiri di sana. Sementara ini BRI merupakan satu-satunya perbankan yang memberikan layanan di kawasan perbatasan itu. Layanan yang disediakan BRI ialah penukaran uang atau money changer, dan layanan penarikan uang dari mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Orang-orang sangat bergantung pada layanan perbankan yang disediakan BRI di sana.

Lepas dari Skouw, mari melangkah ke Vanimo. Tak perlu paspor bila hanya berkunjung ke wilayah perbatasan. Secara umum, pos perbatasan milik Papua Nugini ini jauh lebih sederhana dibanding Skouw. Di pagar-pagar pos bahkan beberapa orang ada yang berjualan pakaian bertuliskan PNG. Di bagian pagar ada tulisan ‘Welcome To Papua New Guinea International Border’. Uniknya, saat melintas, di sebelah kanan wilayah Vanimo berdiri megah menara jaringan telepon seluler berwarna merah-putih.

Menara itu diketahui milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pemerintah Indonesia. Itu Telkomsel punya. Tapi berdiri di wilayah Papua Nugini. Tak heran jaringan Telkomsel cukup kuat di sana. Melangkah lebih jauh, terdapat terminal di area perbatasan tersebut. Terminal yang sangat sederhana, dengan bangunan yang sangat seadanya. Ada mobil-mobil pengangkut barang yang terpakir. Orang-orang juga lalu lalang di sana.

Berkunjung ke sana, pengunjung dapat menikmati pemandangan indah pantai Vanimo terdekat, dari kejauhan. Untuk melihatnya dari spot yang strategis, pengunjung asal Indonesia akan dikenakan tarif Rp 10.000. Mereka masih menerima pembayaran dengan rupiah di sana. Sayangnya, walau pemandangannya cukup indah, namun spot pemandangan tersebut masih dipenuhi sampah yang berserakan. Bila ingin melangkah lebih jauh ke kota terdekat Papua Nugini, diperlukan visa bagi para pengunjung. Bagi warga apa yang dibangun pemerintah ini sudah mampu memperlihatkan bahwa Papua Indonesia itu memang beda. PLBN ini setidaknya mampu memperlihatkan bahwa Indonesia kini sudah jauh lebih baik dan pembangunannya sudah merata di seluruh Indonesia.

[1] Harga Semen Pun Turun Jadi Rp 300 Ribu Oleh Fabio Costa, Kompas 24 September 2018