Ekonomi Perbatasan Sinergitas PLBN, Tol Lut & Udara

Ekonomi Perbatasan Sinergitas PLBN, Tol Lut & Udara

Oleh harmen batubara

Peran pemerintah daerah kini sungguh jadi taruhan bagi pengembangan wilayah perbatasan. Kenapa Tidak? Pemerintah kini tengan membangun infrastruktur di perbatasan, mulai dari rehabilitasi PLBN, Pasar Tradisional, layanan Tol Laut dan Tol Udara. Sayang sekali bila Pemda perbatasan kalau hanya terbelenggu dengan slogan tidak punya anggaran.  Yang jelas, pemerintah sudah melakukan pembangunan perbatasan dengan skala dan eskalasi yang tidak terbayangkan sebelumnya. Pemerintah telah membangun 9 PLBN dengan versi baru yang ramah bagi kegiatan perdagangan di perbatasan di seluruh Indonesia. Pemerintah juga sudah dan tengah membangun jalan pralel perbatasan RI-Malaysia, juga dengan eskalasi yang luar biasa. Semua ini akan membuka isolasi wilayah perbatasan, untuk menjadikan perbatasan sebagai halaman depan bangsa. Presiden juga ingin agar TNI memperhatikan “gelar kekuatannya” terkait perbatasan. Baik untuk memperkuat efektivitas daya gerak kekuatan TNI sendiri, juga yang tidak kalah pentingnya untuk ikut merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Pembangunan Perbatasan Di Era Nawa Cita
Ekonomi Perbatasan Sinergitas PLBN, Tol Lut & Udara

Perdagangan antar negara di perbatasan, umumnya berjalan dengan baik meski berjalan dalam batas-batas tertentu dan terkesan kurang di respon oleh para pihak secara memadai. Kalau di Entikong banyak warga Indonesia berbelanja di Tebedu, ke Tokoserba yang ada di desa berjarak satu km dari perbatasan itu. Sebaliknya tidak ada Toko sekelas itu yang terdapat di sebelah Indonesia. Yang ada hanyalah sekedar kios-kios biasa yang menjual produk-produk Malaysia dengan harga yang juga tergolong kurang menarik. Hal yang sebaliknya terjadi di Skow di perbatasan antara RI-PNG. Di sebelah PNG tidak ada Toko-toko, tetapi di sebelah Indonesia ada pasar Skow yang menjual berbagai produk Indonesia dengan harga yang lebih murah. Hal yang sama terjadi juga di perbatasan RI-Timor Leste.

Baca Juga   :  Toko Perbatasan, Jadikan Produk Indonesia Unggul di Perbatasan

WAKIL Presiden Jusuf Kalla mendorong peningkatan kerja sama di wilayah perbatasan negara-negara di Asia Tenggara. Menurut Kalla, pengembangan ekonomi di wilayah perbatasan akan bisa lebih baik jika ditopang dengan konektivitas.”Menjual barang atau membeli barang sesuai dinamika yang ada. Misalnya dari Miangas di ujung sulawesi ke Filipina lebih efektif daripada membawanya ke Jawa. Begitu juga orang Kalimantan Barat dari dan ke Serawak. Hal-hal seperti itu harus kita tingkatkan,” kata Kalla saat membuka Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) dan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) di Makassar, Jumat (14/10).

Memperkuat Kehadiran Produk Indonesia di Perbatasan

Peluang yang kita lihat adalah menghadirkan produk-produk Indonesia di perbatasan dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih murah. Bisakah itu? Secara logika bisa dan bisa sekali. Pertama Indonesia tengah membangun Tol Laut (dan sudah jalan tapi belum optimal), seluruh perbatasan akan terjangkau tol laut; daerah yang tidak terjangkau tol laut akan dijangkau oleh tol Udara. Mari kita lihat contohnya. Untuk Sebatik dan Nunukan akan ada dua pelabuhan yang bakal disinggahi tol laut, yakni Pelabuhan SEI NYAMUK, Sebatik dan Pelabuhan TUNON TAKA Nunukan. Serta, tol laut ini untuk wilayah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) masuk dalam trayek delapan. Mulai dari Surabaya, Tanjung Selor, Tarakan, Nunukan dan Sebatik. Nah untuk ke daerah pedalaman, minimal sebelum jalan paralel perbatasan bisa beroperasi maka akan dipakai Tol Udara. Saat ini tol udara masih fokus pada transfortasi BBM, tetapi kalau pemda dan Kemenhub bekerja sama, maka jelas akan bisa dikembangkan untuk jasa barang. Suatu peluang yang sangat potensil kalau Pemda bisa memanfaatkannya.

Kemudian masih ada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang akan merevitalisasi 11 ‎pasar di wilayah perbatasan. Untuk program tersebut, akan dialokasikan  anggaran revitalisasi sebesar Rp 950 juta untuk masing-masing pasar. Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM ‎Yuana Setyowati mengatakan( di kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta,18/1/2017) sangat penting untuk adanya perbaikan sarana usaha dan pasar yang baik di wilayah perbatasan. Hal tersebut karena selama ini banyak masyarakat di wilayah perbatasan lebih mudah berbelanja kebutuhan sehari-harinya di wilayah negara tetangga. Dari jauh kita bisa melihat; kalau hal-hal seperti ini tidak sinergis dengan peran Pemda setempat atau Pemda perbatasan, maka tentu saja program ini akan berjalan tidak optimal. Harapan kita Pemda melakukan “jemput bola” dan berkoordinasi dengan Kementerian terkait dan saling patungan membangunkan pasar serta sarana penunjangnya, sehingga manfaatnya bisa lebih optimal.

Baca  Juga   :  Jalan  Trans Jokowi Papua Jaya Pura Wamena dan PLBN Skow

Sementara itu, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta mengatakan, 11 pasar yang akan direvitalisasi tersebar di wilayah Nusa Tenggara Timur‎ (NTT), Papua dan Kalimantan.“Daerah perbatasan itu di antaranya NTT, Papua, Kalimantan. Kami menyiapkan dana hibah untuk nanti dikelola oleh Pemda (Pemerintah Daerah),” kata dia. Dia menjelaskan, secara total Kementerian Koperasi dan UKM akan melakukan revitalisasi 51 pasar yang tersebar di 24 provinsi. Selain 11 pasar di perbatasan, ada 40 pasar lain yang akan direvitalisasi di daerah reguler.

Pemerintahan Joko Widodo & JK sedang menggalakkan pembangunan  “tol laut,” untuk menyeimbangkan alur distribusi antara Jawa dan luar Jawa, yang diharapkan dapat memperkecil disparitas harga dan pertumbuhan ekonomi daerah. Kesiapan pelabuhan menjadi syarat penting untuk mendukung terlaksananya “tol laut”. Peningkatan kapasitas pelayanan pelabuhan menjadi prioritas yang harus dikerjakan pemerintah, untuk menunjang tercapainya program “tol laut” yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Menurut Kepala Humas PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, Edi Priyanto, modernisasi melalui penyediaan alat bantu bongkar-muat kapal yang modern, akan mendukung terlaksananya program “tol laut” yang menghendaki alur distribusi barang berjalan dengan lancar dan cepat. Diharapkan “Dua puluh empat pelabuhan  ‘tol laut’ ini diharapkan memiliki fasilitas yang relatif sama, sehingga peran tol lautnya bisa optimal.

Melihat prospek Tol Laut bagi kemajuan Indonesia di masa depan membuat Kementerian Perhubungan akan menginisiasi tol udara untuk meningkatkan konektivitas barang dan orang di kawasan terpencil yang sulit diakses dengan jalur darat dan air. Menteri Perhubungan mencoba memperkenalkan adanya gagasan  TOL UDARA. Tol yang bisa diharapkan kalau  tol laut dan jalan darat tidak bisa dimanfaatkan. Harapan kita Kemenhub bisa melihat gagsan ini dari sisi yang lebih besar lagi. Khususnya terkait dengan konektivitas buat memperlancar pergerakan bbm,barang dan orang di wilayah perbatasan, Papua, Papua Barat dan Pulau-pulau Kecil Terluar.