IKN Nusantara Dan Mimpi  Warga Perbatasan

IKN Nusantara Dan Mimpi Warga Perbatasan

Oleh harmen batubara

Pada 24 Februai 2023 Presiden Joko Wudodo kembali mengunjungi Ikn Nusantara, bisa dipastikan beliau ingin melihat perkembangan pembangunan IKN apakah sesuai rencana atau sebaliknya. Hasilnya beliau terlihat senang dan bisa tidur lelap. Itu artinya semua berjalan sesuai rencana.

Intinya adalah bagaimana kita melihat Ikn Nusantara dari cara pandang warga perbatasan. Khususnya dalam hal ini perbatasan antara Indonesia-Malaysia di Kalimantan.Permasalahan yang kita ulas kali ini adalah Keterisolasian, ketergantungan pada Negara tetangga, dan sumber penghasilan.

Kalau kita lihat dari keterisolasian, maka kita patut bergembira karena pemerintahan Jokowi telah membuat jalan paralael perbatasan sepanjang 2004 km mulai dari Tanjung Datu hingga Sebatik Kalimanatan Utara. Bersamaan dengan itu pemerintah sudah pula membangun 9 Plbn (Pos Lintas Batas Negara) mulai dari Plbn Seluas, Plbn Aruk, Plbn Entikong, Plbn Sei Kelik, Plbn NaNgaBadau, Plbn Long Nawang Malinau, Plbn Long Midang, Plbn Labang, dan Plbn SeiPancang Sebatik seuatau yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Baca Juga :  Penyelesaian Perselisihan batas laut Indonesia-Malaysia

Memang kondisinya masih relatip terisolasi, terlebih lagi dengan adanya Covid-19 sehingga daerah-daerah di wilayah perbatasan masih belum terbuka sepenuhnya. Upaya itu kini tengah dilakukan para pihak, baik itu Pusat, dan Pemda setempat. Harapan kita dengan adanya Ikn Nusantara ini kita berharap di samping jalan parallel perbatasan, maka dibangun pulalah  jalan lingkar Pulau Kalimantan serta Jalan Poros Tengahnya . Artinya dengan mengoptimalkan jalan eksisting yang ada, plus ditingkatkan kualitasnya sukur kalau bisa dijadikan jalan Tol Trans Kalimantan.

Ketergantungan Pada Negara Tetangga

Hal yang kedua, yakni Soal ketergantungan warga perbatasan dengan produk Negara tetangga khususnya masalah bahan Pokok dan Gas.

Selama ini kesepakatan perdagangan antara Indonesia-Malaysia di perbatasan mengacu pada Border Trade Agrement (BTA) Tahun 1970, yang intinya itu warga hanya diperbolehkan belanja barang di perbatasan sebesar 600 ringgit/bulan Hal ini tentunya tidak lepas dari berbagai barang atau produk yang dijual di perbatasan itu adalah produk-produk subsidi, khususnya seperti gas. Meskipun kedua Negara sama-sama memberikan subsidi, tetapi karena “kedekatan”transportasi maka harga Gas Malaysia tentu jatuhnya akan lebih murah.

Harapan kita dengan adanya Tol laut, Jalan parallel perbatasan, “took perbatasan” serta semakin terbukanya sarana transporasi di perbatasan maka produk-produk Indonesia akan bisa lebih unggul di perbatasan. Harapan kita begitu, semoga bisa terwujud.

Kesejahteraan Warga Perbatasan

Soal sumber pendapatan warga perbatasan. Pada tahun-tahun 80an, pemandangan kehidupan warga di sekitar perbatasan itu sungguh kontras sekali. Kalau kita lihat perkampungan warga Malaysia, yang terlihat itu adalah perkampungan yang sumringah diwarnai oleh rumah-rumah dengan cat cerah serta adanya parkiran motor atau mobilnya; sementara di sekitarnya terlihat kebun-kebun lada dan coklat yang tertata rapi. Sementara di wilayah Indonesia? Kontras sekali, perkampungannya yang kumuh dengan rumah-rumah “gubuk”  tidak terawatt dengan halaman sekitar yang dipenuhi ilalang dan semak belukar yang tidak terurus. Padahal kedua warga perbatasan itu, sebenarnya berasal dari suku serta adat istiadat yang sama.

Memang pada masa itu kondisi perkampungannya juga sangat kontras. Kalau di pemukiman warga Malaysia itu maka di rumah pa RT nya itu adalah peralatan pertanian lengkap misalnya seperti semprotan hama, traktor tangan, parang, cangkul Dll. Sarana itudiberikan “Pemda” nya serta bisa dipakai oleh warganya secara Cuma-Cuma. Sementara di wilayah kita, yang ada hanyalah papan-papan nama secara lengkap, mulai dari KUD,PKK, Pos Yandu, Puskesmas Dll.,tetapi sejatinya itu sama sekali tidak ada, malah para pegawainya juga tidak ada. Para PNS atau ASN itu hanya ada nama-nama nya saja yang ada di perbatasan, sementara mereka sendiri tinggalnya di daerah Kecamatan atau Kabupaten setempat.

Baca Juga :  Memberdayakan Kemampuan Warga & Ekonomi Perbatasan

Ya ingin kita sampaikan adalah agar para pihak ikut berpartisipasi untuk mencari cara memperoleh penghasilan yang lebih baik dari cara memperbandingkan cara hidup kedua warga sehingga bisa menemukan cara yang lebih baik.Misalnya, cobalah belajar ke Negara tetangga seperti apa caranya menanam Lada atau Coklat yang baik untuk kemudian di contoh serta disesuaikan dengan lingkungan di kebun sendiri.